Kamis, 08 Agustus 2019

BUKU PERPUSTAKAAN









A. Pengertian Koleksi Perpustakaan  
Koleksi adalah suatu istilah yang digunakan secara luas di dunia perpustakaan untuk menyatakan bahan pustaka apa saja yang harus diadakan di perpustakaan. Sebelumnya muncul istilah seleksi buku, buku dalam pengertian yang lebih luas yang mencakup monografi, majalah, bahan mikro dan jenis bahan pustaka lainnya.
Menurut ALA Glossary of Library and Information Science (1983) pengembangan koleksi merupakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan koordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan koleksi perpustakaan.
Menurut buku Pedoman Pembinaan Koleksi dan Pengetahuan Literature (1998 : 2), ”Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi”. Sedangkan menurut Ade Kohar (2003 : 6), “Koleksi perpustakaan adalah yang mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi”.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang ada sesuai dengan kebutuhan sivitas akademika dan dapat digunakan oleh para pengguna perpustakaan tersebut.

B. Jenis Koleksi Perpustakaan
Menurut Yulia (1993 : 3) ada empat jenis koleksi perpustakaan yaitu
1. Karya cetak
Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti :
  • Buku
Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar dari Unesco tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.
  • Terbitan berseri
Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk dalam bahan pustaka ini adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulanan, dan sebagainya.
2. Karya noncetak
Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka acheter viagra ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Yang termasuk dalam jenis bahan pustaka ini adalah:
  • Rekaman suara
Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.
  • Gambar hidup dan rekaman video
Yang termasuk dalam bentuk ini adalah film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagimana cara menggunakan perpustakaan.
3. Bahan Grafika
Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya selid, transparansi, dan filmstrip).
  • Bahan Kartografi Yang termasuk kedalam jenis ini adalah peta, atlas, bola dunia, foto udara, dan sebagainya.
  • Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan bahan noncetak.
Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya. Ada tiga macam bentuk mikro yang sering menjadi koleksi perpustakaan yaitu :
  • Mikrofilm, bentuk mikro dalam gulungan film. Ada beberapa ukuran film yaitu 16 mm, dan 35 mm.
  • Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.
  • Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya. Ukuran sebesar mikrofis.
4. Karya dalam bentuk elektronik
Dengan adanya teknologi informasi, maka infornasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti computer, CD-ROM player, dan sebagainya.

C. Pengembangan Koleksi
Kegiatan pengembangan koleksi merupakan salah satu sarana yang penting dalam suatu perpustakaan perguruan tinggi. Kegiatan kerja pengembangan koleksi mencakup kegiatan memilih pustaka dan dilanjutkan dengan pengadaan pustaka. Kedua kegiatan memilih dan mengadakan pustaka harus dilaksanakan secara maksimal sehingga dapat mewujudkan tujuan dan fungsi dari perguruan tinggi yaitu untuk berusaha menyediakan informasi atau bahan pustaka yang dibutuhkan pengguna.
Menurut Ade Kohar (2003 : 6), “Pengembangan koleksi adalah sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan koordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi, dan penyiangan koleksi perpustakaan”. Sedangkan menurut buku Perpustakaan Perguruan tinggi (2004 : 25), “Pengembangan koleksi adalah kegiatan memilih dan mengadakan bahan perpustakaan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pustakawan bersama sama dengan sivitas akademika perguruan tingginya”.

a. Tujuan Pengembangan Koleksi
Menurut buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 26), “Tujuan pengembangan koleksi perpustakaan perlu dirumuskan dan disesuaikan dengan kebutuhan sivitas akademika di perguruan tinggi agar perpustakaan dapat secara terencana mengembangkan koleksinya”. Sedangkan menurut Sutarno NS (2006 :115), “Pengembangan koleksi bertujuan untuk menambah jumlah koleksi, meningkatkan dan jenis bahan bacaan, dan meningkatkan mutu koleksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat pemakai”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan koleksi adalah mengembangkan koleksi yang baik dan seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna yang disusun berdasarkan standar koleksi perpustakaan dan kajian kepustakaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna sivitas akademika.

b. Manfaat Pengembangan Koleksi
Menurut Sutarno NS (2006 : 118), manfaat pengembangan koleksi antara lain :
  1. Membantu menetapkan metode untuk menilai bahan pustaka yang harus dibeli.
  2. Membantu merencanakan bentuk-bentuk kerja sama dengan perpustakaan lain, seperti pinjam antar perpustakaan, kerjasama dalam pengadaan, dan sebagainya.
  3. Membantu identifikasi bahan pustaka yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi.
  4. Membantu dalam merencanakan anggaran jangka panjang dengan menetapkan prioritas-prioritas dan garis besar sasaran pengembangan.
  5. Membantu memilih cara terbaik untuk pengadaan.

c. Kegiatan Pengembangan Koleksi
Pada umumnya, pengembangan koleksi meliputi rangkaian kegiatan sebagai berikut:
  1. Menentukan kebijakan umum pengembangan koleksi berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna sesuai dengan asas tersebut di atas. Kebijakan ini disusun bersama oleh sebuah tim yang dibentuk dengan keputusan rektor dan anggotanya terdiri atas uns perpustakaan, fakultas atau jurusan, dan unit lain.
  2. Menentukan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab semua unsur yang terlibat dalam pengembangan koleksi.
  3. Mengidentifikasi kebutuhan akan informasi dari semua anggota sivitas akademika yang dilayani.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara, antara lain:
¯  Mempelajari kurikulum setiap program studi.
¯  Memberi kesempatan sivitas akademika untuk memberikan usulan melalui berbagai media komunikasi.
¯  Menyediakan formulir usulan pengaclaan buku, baik secara tercetak maupun tidak tercetak.
¯  Menyigi pengguna secara berkala untuk menilai keberhasilan perpustakaan dalam melayani pengguna.
¯  Memilih dan mengadakan bahan perpustakaan lewat pembelian, tukar-menukar, hadiah. dan penerbitan sendiri menurut prosedur yang tertib.
¯  Merawat bahan perpustakaan.
¯  Menyiangi koleksi.
¯  Mengevaluasi koleksi. (Buku Mengevaluasi Koleksi Perpustakaan, 1994 : 29)
Untuk melaksanakan semua kegiatan tersebut, diperlukan anggaran yang memadai, karyawan yang cakap dan berdedikasi, struktur organisasi yang mantap, dan alat bantu pemilihan bahan perpustakaan yang relevan.

d. Pemilihan Bahan Pustaka
Pemilihan bahan perpustakaan merupakan usaha bersama antara staf pengajar dan pustakawan. Usaha ini bisa dituangkan dalam bentuk kepanitiaan. Walaupun setiap staf pengajar berhak memilih dan mengajukan permintaan bahan perpustakaan, hal tersebut perlu mendapat persetujuan dari ketua jurusan atau yang mewakilinya untuk urusan perpustakaan. Pustakawan dapat pula mengajukan usul pengadaan bahan perpustakaan tertentu kepada kepada perpustakaan, terutama bahan perpustakaan yang kurang atau belum mendapat perhatian dari staf pengajar.

Hal ini dimaksudkan agar diperoleh koleksi yang memuat informasi yang seimbang. Kepala perpustakaan mempunyai wewenang terakhir untuk memutuskan diadakan atau tidaknya bahan perpustakaan tertentu. Keputusan ini dibuat setelah mempertimbangkan berbagai macam aspek seperti biaya dan kriteria pemilihan.Menurut buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004 : 25), ada beberapa asas yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan perpustakaan sebagai berikut:
  • Wibawa penulis buku dan pentingnya buku tersebut untuk bidang studi tertentu.
  • Isi bahan perpustakaan cukup bermakna bagi pengembangan bidang studi.
  • Bahasan bahan perpustakaan memuat pandangan yang seimbang, khususnya buku yang memuat masalah yang kontroversial.
  • Kualitas isi bahan perpustakaan.
  • Kepantasan harga.
  • Bahasa
  • Terbitan terbaru memperoleh prioritas di atas terbitan lama. Bahan perpustakaan lama bisa diadakan sejauh tersedia dananya, dan bisa mengisi kekurangan koleksi bidang studi tertentu.
  • Bahan perpustakaan renik, misalnya mikrofis, jangan dirangkapi dengan bentuk buku kecuali jika ada alasan tertentu yang bisa diterima.
  • Setiap bahan perpustakaan rujukan, misalnya ensiklopedi, cukup diadakan satu perangkat kecuali jika ada alasan tertentu yang bisa diterima.
  • Buku ajar diadakan dalam jumlah eksemplar terbatas. Mahasiswa hendaknya melengkapi diri dengan buku ajar yang diperlukannya.
  • Media bahan perpustakaan dipilih sesuai dengan kebutuhan pengguna, jika lembaga induk jugs menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (distance learning) maka jumlah bahan perpustakaan dalam media elektronik/digital perlu diperhatikan.


e. Alat Bantu Pemilihan
Untuk melakukan seleksi ada sarana yang dapat membantu dalam proses tersebut yaitu alat bantu seleksi. Menurut Yulia (1993 : 30) ada dua jenis alat bantu seleksi yaitu sebagai berikut :
  • Alat bantu seleksi
Yaitu alat yang dapat membantu pustakawan untuk memutuskan apakah bahan pustaka diseleksi. Karena informasi yang diberikan dalam alat bantu tersebut tidak terbatas pada data bibliografis, tapi juga mencakup keterangan lain yang diperlukan untuk mengambil keputusan. Contoh alat bantu seleksi yaitu:
o   Majalah, tinjauan buku/ bahan pustaka lain.
o   Daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu.
o   Indeks, misalnya books review index dan sebagainya
  • Alat identifikasi dan verifikasi
Yaitu alat bantu seleksi yang hanya mencantumkan data bibliografis bahan pustaka (kadang-kadang dengan harganya) alat seperti ini dipakai untuk mengetahuijudul yang telah terbit atau yang akan diterbitkan dala bidang subjek tertentu. Alat bantu ini dipakai untuk mengetahui verifikasi apakah judul atau nama pengarang tepat, berapa harganya, terbitan berseri atau bahan pandang dengar, masih ada di pasaran atau tidak dan sebaginya.
Contoh alat bantu identifikasi dan verifikasi adalah:
  • Katalog penerbit
  •  Berbagai jenis bibliografi, misalnya bibliografi umum, subjek, nasional, dan sebagainya.

f. Prinsip Pemilihan

  1. koleksi yang tersedia jauh tidak tersentuh dari pengguna karena terjadi benturan antara pengetahuan masyarakat dengan koleksi yang tersedia di perpustakaan (tidak sinkron).
    Pada prinsipnya pengadaan bahan pustaka di setiap perpustakaan merupakan salah satu bagian dari pekerjaan perpustakaan yang mempunyai tugas mengadakan dan mengembangkan koleksi-koleksi yang menghimpun informasi dalam segala macam bentuk, seperti buku, majalah, brosur, tukar menukar maupun pembelian. (Soeatminah,1992:27) Dengan demikian pengadaan bahan pustaka baru bisa dikatakan suatu proses kerja untuk mengindentifikasi dan menghimpun bahan-bahan yang sesuai untuk dijadikan koleksi di setiap perpustakaan. (Harahab, 1998:53) Diyakini atau tidak, koleksi yang tersedia menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan layanan suatu pepustakaan.
    Menurut Sulistyo (1991:37), dalam mengadakan koleksi kemungkinan mengusahakan bahan-bahan yang belum di miliki perpustakaan, bisa juga menambah (duplikasi) bahan-bahan pustaka yang jumlahnya masih kurang.
    Menurut Evans (1995), biasanya unit mengadakan di perpustakaan memiliki empat tujuan utama: (1), Untuk mengadakan bahan-bahan secepat mungkin, (2), Untuk tetap mempertahankan akurasi dalam prosedur kerja, (3), Untuk tetap mempertahankan sistem/proses kerja yang sederhana untuk mendapatkan harga bahan yang lebih murah, dan (4), Untuk mengembangkan hubungan kerjasama yang erat dengan vendors (penjaja).
    Menurut Sulistyo, (1991) perpustakaan pada umumnya menerima bahan pustaka dari pemerintah berupa buku-buku, tetapi ada juga perpustakaan yang melengkapi koleksi dengan cara mencari sumbangan buku-buku kepada penerbit-penerbit dan toko-toko buku menerima sumbangan dari organisasi-organisasi, tukar menukar dengan perpustakaan lain dengan tujuan memperbanyak judul buku dengan jalan mengurangi jumlah eksemplar buku. Bagi perpustakaan yang dapat menyediakan dana setiap tahun, tentu buku-buku yang ada di perpustakaan tersebut bisa bertambah setiap tahunnya. (Wiranto, 1997:58)
    Dalam hal ini menurut Soeatminah, hal-hal yang perlu dilakukan setelah menentukan pilihan buku, yaitu: Pertama,Perolehan bahan/buku melalui pembelian, hadiah atau pertukaran, Kedua, Pembayaran atau tanda terima pembayaran, dan Ketiga, Memelihara catatan yang berkaitan dengan pengadaaan yang di dalamnya termasuk juga penjilitan serta pencatatan majalah.
    Selai itu, metode pengadaan juga bisa dilakukan dengan cara pertukaran dan hadiah, misalnya buku terbitan pemerintah, buku terbitan instansi induk perpustakaan atau dalam bentuk wakaf individu atas dasar dorongan keagamaan. Dalam hal ini perpustakaan sebaiknya mempunyai terbitan lain atau menerbitkan berbagai terbitan sendiri untuk dapat digunakan sebagai bahan pertukaran.
    C. Penyeleksian (selection) dan Pemesanan Bahan Pustaka
    1. Proses Penyeleksian
    Dalam proses penyeleksian melibatkan proses decision-making, pengambilan keputusan bahan apa yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Di sebagian perpustakaan, penyeleksian dibantu oleh pengguna (user) seperti pada perpustakaan industri dan perpustakaan institusi pendidikan. Menurut Maurice B.Line (1992), ada dimensi lain yang harus diketahui dalam proses penyeleksian yaitu, bagaimana proses pelayanan perpustakaan hanya melayani penggunanya atau melayani semua pengunjung seperti Cambridge University Library yang melayani pengguna potensial mereka dari seluruh dunia.
    Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, dan anggaran yang tersedia. Pustakawan harus mengetahui apa tujuan perpustakaan dan siapa pemakainya.
    Jadi, dasar-dasar penyeleksian bahan-bahan pustaka adalah untuk melayani pengguna, pengguna lain yang lebih luas dan melayani generasi mendatang. Dalam hal ini, yang berhak melakukan penyeleksian adalah personalia, (Sulistyo, 1991:38) yang mencakup: Pustakawan, Spesialis sujek termasuk guru, Toko buku, Komisi perpustakaan dan Anggota lain.
    Seseorang yang baik dalam pemilihan buku sebagaimana menurut Sulistyo-Basuki harus memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu:
    (1) Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbit, khususnya mengenai penerbit, spesialis para penerbit, kelemahan mereka, hasil terbitan selama ini,
    (2) Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan, siapa saja yang menjadi anggota, kebiasaan membaca anggota, minat dan penelitian yang sedang dan telah dilakukan,
    (3) Memahami kebutuhan pemakai,
    (4) Hendaknya personil pemilihan buku netral,tidak bersifat mendua, menguasai informasi dan memiliki akal sehat dalam pemlihan buku,
    (5) Pengetahuan mendalam menganai koleksi perpustkaan,
    (6) Mengetahui buku melalui proses membuka-buka ataupun porses membaca.
    Pada tahap penyeleksian (Sulistyo, 1991: 40) ada delapan kategori yang harus diperhatikan : (a) Sumber-sumber terkini untuk In-print books, (b) Katalog, Flyer dan iklan-iklan dari penerbit, (c) Review/resensi bahan-bahan pustaka terkini (d) Bibliografi Nasional (e) Bahan-bahan pustaka terbaik yang direkomendasikan (f) Bibliografi subjek (g) Katalog Online, dan (h) Selection aids bagi microform.
    Hendaknya kebijakan tentang penyeleksian ini merupakan kebijakan tertulis dan dalam waktu tertentu selalu disempurnakan sesuai dengan perkembangannya. Singkatnya dalam pemilihan bahan pustaka hendaknya memperhatikan minat dan kebutuhan masyarakat, bahan yang dipilih mutakhir, bahan yang memenuhi kualitas persyaratan dan sesuai dengan tujuan, fungsi dan ruang lingkup perpustakaan.
    2. Pemesanan Buku
    Bila mana perpustakaan bermaksud menambah koleksinya dengan jalan membeli dalam jumlah besar maka hendaklah melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi pemesanan.
    Hal-hal yang perlu dalam pemesanan meliputi:
    (a) Nama pengarang,
    (b) Judul,
    (c) Edisi,
    (d) jilid,
    (e) Penerbit,
    (f) tahun dan tempat terbit,
    (g) Harga,
    (h) Jumlah eksemplar tiap judul,
    (i) Nama perpustakaan yang memesan,
    (j) Alamat yang jelas dari pemesan,
    (k) Hal lain yang dianggap penting seperti nomor surat pesanan.
    Pemesanan buku memerlukan pertimbangan seksama karena ini menyangkut tugas berbagai bagian perpustakaan, staf, keuangan, prosedur yang harus diikuti, serta pengaturan berkas pemesanan. Menurut Sulistyo dan Soeatminah, Persoalan yang dihadapi seorang pustakawan dalam hal pengadaan yakni:
    (1) Bagi buku terbitan dalam negeri, pusat penerbitan berpusat jawa. Bagi perpustakaan yang berada dipulau jawa, pengadaan buku berarti menambah lagi korspondensi membutuhkan waktu lama,
    (2) Proses mendapatkan buku yang berada di Asia lebih mudah dari buku yang beredar di Inggris, Australia, dan Amerika
    (3) Proses pembayar yang serinng berbelit-belit karena menggunakan mata uang asing maupun rupiah, prosedur ini lebih lancar bagi perpustakaan Swasta karena tidak melalui Kas Bendahara Negara
    (4) Dan yang tidak slalu ada pada waktunya
    (5) Terbatasnya imformasi mengenai buku yang tersedia, dan
    (6) Adanya penerbit merangkap sebagai distributor buku.